Resume
Buku
BAB
7
Teknik
Pengumpulan Data
Terdapat
dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu, kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data.
Pengumpulan
data dapat dilakukan dalam berbagai setting,
berbagai sumber, dan berbagai cara. Dilihat dari setting, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), laboratorium dengan
metode eksperimen, di rumah dengan responden, pada seminar, diskusi, di jalan
dan lain-lain. Dilihat dari sumber datanya, pengumpulan data dapat menggunakan
sumber primer dan sumber sekunder. Dilihat dari cara atau teknik pengumpulan
data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket),
observasi (pengamatan) dan gabungan ketiganya.
Pada
bab ini akan dikemukakan berdasarkan teknik pengumpulan data melalui wawancara,
angket (kuesioner), dan observasi.
A. Interview
(Wawancara)
Sutrisno
Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam
menggunakan metode interview dan juga angket (kuesioner) adalah sebagai
berikut.
1. Bahwa
subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
2. Bahwa
apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya
3. Bahwa
interpretasi subyek tentan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti
kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.
Wawancara
dapat dilakukan secara terstruktur maupun
tidak terstruktur, dan dapat
dilakukan melalui tatap muka (face to
face) maupun menggunakan telepon.
1. Wawancara
Terstruktur
Wawancara struktur
digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data
telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam
melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian
berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawaban pun telah
disiapkan.
Dalam melakukan
wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka
pengumpul data juga menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar,
brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.
Berikut contoh
wawancara terstruktur, tentang tanggapan masyarakat terhadap berbagai pelayanan
pemerintah Kabupaten tertentu yang diberikan kepada masyarakat.
Bagaimanakah
tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan pendidikan di Kabupaten ini?
a. Sangat
bagus
b. Bagus
c. Tidak
bagus
d. Sangat
tidak bagus
2. Wawancara
Tidak Terstruktur
Merupakan wawancara
yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Contoh
:
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu
terhadap kebijakan pemerintah terhadap Perguruan Tinggi Berbadan Hukum? Dan
bagaimana peluang masyarakat miskin dalam memperoleh pendidikan tinggi yang
bermutu?
Untuk mendapatkan
informasi yang lebih dalam tentang responden, maka peneliti dapat juga
menggunakan wawancara tidak terstruktur. Dalam wawancara tidak terstrukur,
peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga
peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden.
Bila responden yang
akan diwawancarai telah ditentukan orangnya, maka sebaiknya sebelum melakukan
wawancara, pewawancara minta waktu terlebih dulu, kapan dan di mana bisa
melakukan wawancara.
Informasi atau data
yang diperoleh sering bias. Bias adalah menyimpang dari yang seharusnya,
sehingga dapat dinyatakan dat tersebut subyektif dan tidak akurat. Kebiasaan
data ini akan tergantung pada pewawancara,
yang diwawancarai (responden) dan situasi & kondisi pada saat wawancara.
B. Kuesioner
(Angket)
Kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Uma Sekaran (1992)
mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan
data yaitu : prinsip penulisan,
pengukuran dan penampilan fisik.
1. Prinsip
Penulisan Angket :
Menyangkut
beberarapa faktor yaitu sebagai berikut.
a. Isi
dan tujuan Pertanyaan
Dalam
membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan disusun dalam skala
pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
b. Bahasa
yang digunakan
Bahasa
yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan responden.
c. Tipe
dan Bentuk Pertanyaan
Tipe
pertanyaan dalam angket dapat terbuka atau tertutup.
d. Pertanyaan
tidak mendua
Setiap
pertanyaan dalam angket jangan mendua sehingga menyulitkan untuk memberikan
jawaban.
e. Tidak
menanyakan yang sudah lupa
Setiap
pertanyaan dalam instrumen angket, sebaiknya tidak menanyakan hal-hal yang
sekiranya responden sudah lupa.
f. Pertanyaan
yang menggiring
Pertanyaan
dalam angket sebaiknya tidak menggiring ke jawaban yang baik saja atau ke yang
jelek saja.
g. Panjang
Pertanyaan
Pertanyaan
dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuat jenuh
responden dalam mengisi. Disaranakan empirik jumlah pertanyaan yang memadai
antara 20 s/d 30 pertanyaan.
h. Urutan
Pertanyaan
Urutan
pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik,
atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit, atau diacak.
i.
Prinsip Pengukuran
Supaya
diperoleh data penelitian yang valid dan reliabel, maka sebelum instrumen angket
tersebut diberikan kepada responden, maka perlu diuji validitas dan
reliabilitasnya terlebih dahuli.
j.
Penampilan Fisik Angket
Penampilan
fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi respon atau
keseriusan responden dalam mengisi angket.
C. Observasi
Observasi sebagai
teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan
teknik lain, yaitu wawancara dan kuesioner.
Sutrisno Hadi (1986)
mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses
yang tersusun dari pelbagai biologis dan psikologis.
Teknik pengumpulan data
dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia,
proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu
besar.
1. Observasi
Berperanserta (Participant observation)
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan
kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai
sumber data penelitian. Peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber
data, dan ikut merasakan dukanya. Dengan observasi partisipan, maka data yang
diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna
dari setiap perilaku yang Nampak.
2. Observasi
Nonpartisipan
Dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak
terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Pengumpulan data dengan
observasi nonpartisipan ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam dan tidak
sampai pada tingkat makna.
a.
Observasi
Terstrukur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah
dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana
tempatnya. Pedoman wawancara terstruktur,
atau angket tertutup dapat juga digunakan sebagai pedoman untuk
melakukan observasi.
b.
Observasi
Tidak Terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang
tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Dalam
melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku,
tetap hanya berupa rambu-rambu pengamatan. Peneliti dapat melakukan pengamatan
bebas, mencatat apa yang tertarik, melakukan analisis dan kemudian dibuat
kesimpulan.
Daftar
Pustaka :
Sugiyono.
2011. Metode Penelitian Pendidikan:
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta
0 komentar:
Posting Komentar