Fonologi terbentuk dari fon yang
berarti bunyi dan logos yang berarti ilmu sehingga fonologi adalah ilmu bahasa
(linguistic) yang meneliti dan mempelajari bunyi bunyi bahasa yang dihasilkan
alat ucap manusia.
1. Bunyi bunyian yang seperti apa ?
Bunyi merupakan hembusan udara yang keluar dari paru paru, melalui
kerongkongan, rongga mulut dan rongga hidung , Jadi dalam hal ini bunyi bahasa
fonologi tidak mempelajari bunyi yang dihasilkan selain alat ucap manusia.
2. Kajian fonologi ada 2 yaitu:
“Fonetik dan Fonemik”
A. Fonetik
Fonetik adalah cabang studi fonologi yang menyelidiki bunyi bahasa tanpa
memperhatikan fungsi sebagai pembeda makna/arti.
Fonetik dibagi menjadi 3:
a. Fonetik Artikulatoris
Mengamati cara kerja dan
mekanisme alat bicara dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi
bunyi itu diklasifikasikan.
Mempelajari posisi dan gerakan
bibir, lidah dan organ bicaara manusia dalam memproduksi bunyi bahasa.
Contohnya: cara kita menghasilkan bunyi konsonan “eb”
b. Fonetik Akustis
Mempelajari gelombang suara dan
bagaimana gelombang suara itu didengarkan oleh manusia. (berfungsi untuk
mengetahui peristiwa fisis yang mengacu pada panjang pendek atau amplitude
frekuensi, intesitas dan timbre bunyi).
c. Fonetik Auditoris
Mempelajari bagaimana bunyi bunyi
itu diterimadan dipersepsi (ditanggapui) oleh manusia sebagai audiencenya.
B. Fonemik
Fonemik adalah cabang studi
fonologi yang menyelidiki satuan bunyi terkecil suaatu bahasa yang membedakan
makna.
Obyek penelitian Fonemik adalah
Fonem, yakni bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.
Di dalam Fonemik terdapat Fonem
dan Alofon:
Bunyi terkecil yang dapat
membedakan arti, sedangkan huruf adalah lambang bunyi atau lambang Fonem.
Fonem adalah bunyi terkecil yang
dapat membedakan arti, sedangkan huruf adalah lambang bunyi atau lambang fonem.
Fonem tidak sama dengan huruf, Fonem adalah bunyi dari huruf, dan huruf adalah
lambang dari bunyi.
Contohnya:
• Ada
fonem yang dilambangkan oleh dua huruf seperti /kh/, /ng/, dan /sy/. Ada
beberapa huruf yang dilambangkan oleh satu fonem seperti /e/ pada kata /sate/,
/pedes/, dan /enak/.
Jumlah huruf ada 26, jumlah fonem
lebih dari 26.
Jika bunyi itu membedakan makna,
maka bunyi tersebut kita sebut fonem, dan jika tidak membedakan makna adalah
bukan fonem.
Alofon adalah bunyi bahasa yang
tidak mempunyai fungsi sebagai pembeda makna, merupakan variasi dari anggota
suatu fonem tertentu.
• Alofon adalah varian fonem berdasarkan posisi.
Misalnya, fonem /i/ pada kata ingkar, cita, dan tari,
masing-masing /i/ tersebut merpakan alofon dari /i/; fonem /o/ mempunyai alofon
seperti pada kata tokoh dan toko, dan sebagainya.
ALOFONIS:
Jika terjadi perbedaan alofon
tetapi tidak menimbulkan perbedaan makna, sering juga di sebut foneti.
CONTOH: ketika kita mengucapkan
PITIK DI BACA PITIK (PITEK)
FONEMIS:
Jika terjadi perbedaan fonem yang mengakibatkan perbedaan makna pula,
CONTOH: ketika kita mengucapkan
GILA DI BACA GILO
SOTO DI BACA SOTO
3. Pasangan
Minimal ( sebagai alat pembeda bunyi)
Merupakan pasangan 2 kata (dasar), jumlah dan urutan bunyinya sama tetapi
didalamnya hanya ada 1 bunyi yang berbeda.
Jadi, dari sebuah pasangan minimal akan diperoleh fonem yang berbeda atau
hanya variasi dari satu fonem yang sama namun artinya berbeda.
Contohnya: ketika kita mengucapkan
BAPAK DIBACA BAPA PAPAK DIBACA
PAPA
4. Distribusi
Komplementer
Adalah cirri cirri
fonetis yang mengarah pada berterima atau tak berterima suatu gabungan bunyi
oleh masyarakat penuturnya hal itu disebabkan setiap alofon dari suatu fonem
mempunyai posisi khusus yang tidak dapat dipertukarkan sembarang tempat tanpa
menimbulkan kejanggalan.
5. Premis dasar
Fonem
Digunakan untuk menganalisis fonemik ada 4 premis dasar yaitu:
1. Sekali fonem tetap fonem
2. Bunyi cenderung berubah sesui lingkungannya
3. Bunyi cenderung berfluktuasi
4. System bunyi cenderung mengarah pada pola simetri
Pola
simetri pada fonem dapat dilihat pada bagan vokal dan konsonan. Jika dalam
bahasa tertentu terdapat bunyi vokal depan tinggi, atau jika dalam bahasa
tertentu ditemukan bunyi konsonan bilabial bersuara, diharapkan ditemukan pula
bunyi konsonan bilabial tak bersuara dalam bahasa itu.
5. Vokal dan Konsonan
A. Vokal
Vokal adalah bunyi ujaran yang terjadi karena udara
yang keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan.
Vokal:
-Posisi bibir
-Tinggi rendahnya lidah
-Maju mundurnya lidah
B. Konsonan
Konsonan
adalah bunyi ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru
mendapat halangan. Konsonan adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan
menghambat aliran udara pada satu tempat di saluran suara di atas, bunyi bahasa
yang dapat berada pada tepi suku kata dan tidak sebagai inti suku kata fonem
yang mewakili bunyi tersebut.
Konsonan-konsonan dapat dibagi atas:
1.) Konsosnan Bilabial, yaitu bunyi yang
dihasilkan dengan mempertemukan kedua belah bibir: p, b, m, w. Karena kedua
belah bibir sama-sama bergerak, serta keduanya juga menjadi titik sentuh dari
bibir yang lainnya, maka sekaligus mereka bertindak sebagai artikulator dan
titik artikulasi.
2.) Konsonan Labiodental, yaitu bunyi yang
dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas sebagai titik artikulasi dan bibir
bawah sebagai artikulatornya: f, v.
3.) Konsonan Apikointerdental, yaitu bunyi yang
terjadi dengan ujung lidah (apex) yang bertindak sebagai artikulator dan daerah
antargigi (dens) sebagai titik artikulasinya. Dalam bahasa Indonesia hanya
terdapat konsonan t dan n. Dalam bahasa Jawa terdapat konsonan t, d, dan n.
4.) Konsonan Dental/Alveolar, yaitu bunyi yang
dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator dan lengkung kaki gigi
(alveolum) sebagai titik artikulasinya. Dalam bahasa Indonesia hanya terdapat d
dan n, sedangkan dalam bahasa Jawa terdapat t, d, dan n.
5.) Konsonan Palatal, yaitu bunyi yang
dihasilkan oleh bagian tengah lidah sebagai artikulatror dan langit-langit keras (palatum) sebagai titik artikulasinya:
c, j, ny.
6.) Konsonan Velar, yaitu bunyi yang dihasilkan
oleh belakang lidah sebagai artikulator dan langit-langit lembut (velum)
sebagai titik artikulasinya, misalnya: k, g, ng, kh.
7.) Laringal, yaitu bunyi yang terjadi karena pita
suara terbuka lebar. Bunyi ini dimasukkan dalam konsonan karena udara yang
keluar mengalami gesekan.
Berdasarkan halangan yang
dijumpai udara waktu keluar dari paru-paru:
a. Konsonan hambat
b. Frikatif
c. Spiran
d. Getar atau tril
e. Lateral
0 komentar:
Posting Komentar