1. Bahasa Jawa dialek Surabaya
Surabaya merupakan salah satu kota terpenting di Indonesia. Surabaya merupakan ibukota dari Propinsi Jawa Timur. Surabaya yang notabene merupakan kota pelabuhan banyak menerima pengaruh kebudayan dari luar. Sebagai kota pelabuhan Surabaya akan banyak dikunjungi oleh suku bangsa lain, yang berasal dari luar terutama. Namun tidak demikian, Surabaya tetap mendapatkan pengaruh lebih banyak dari pusat-pusat kebudayaan (Surakarta). Karena dilihat dalam bidang sintaksis, struktur kalimat bahasa Jawa dialek Surabaya tak jauh berbeda dengan bahasa Jawa pada umumnya. Perbedaannya hanya terletak pada bidang intonasi. Intonasi bahasa Jawa dialek Surabaya mirip dengan intonasi pemakai bahasa Madura dalam berbahasa Jawa. Hal ini tidak mengherankan, sebab di daerah Surabaya dan sekitarnya banyak tinggal orang Madura yang berbahasa Jawa. Intonasi bahasa Madura digunakanya untuk berbahasa Jawa, sehingga hal ini mempengaruhi bahasa Jawa. Intonasi ini kemudian diwariskan secara turun-temurun.[3]
Dalam hal itu, maka kebahasaan di Surabaya dapat dibedakan lagi menjadi:
1. Bahasa Jawa Baku (Bahasa Jawa Surakarta) yang berfungsi seperti Bahasa Jawa pada umumnya. Bahasa jawa baku ini digunakan sebagai bahsa pengantar di Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Pertama, dalam peraturan-peraturan resmi yang telah ditetapkan.
2. Bahasa Jawa dialek Surabaya, yang dipakai dalam keadaan yang bersifat informal, tak dinas, santai, akrab, bernada kekeluargaan, dan berlatar belakang kedaerahan.
2. Cakupan Wilayah Dialek Surabaya
Orang-orang yang memakai dialek Surabaya dapat disebut sebagai masyarakat Surabaya. Yang dimaksud dengan masyarakat Surabaya tidak terbatas pada kotamadya Surabaya. Tetapi cakupan wilayah masyarakat Surabaya meliputi daerah Gresik, Mojokerto, dan Sidoarjo. Di daerah ini, terutama di kampung-kampung atau di desa-desa, orang sering bercakap dengan bahasa Jawa krama, terutama anak muda pada orang tua atau orang yang dianggap tua, ataupun pada orang sebaya yang baru dikenalnya.
3. Bahasa Sebagai Tanda Status Sosial dan Penggunaannya
3.1 Bahasa Jawa Baku
Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun perhubungan-perhubun gan sosial sehari-hari mereka berbahasa Jawa. Pada
waktu mengucapkan bahasa daerah ini, seseorang harus memperhatikan dan
membeda-bedakan keadaan orang yang diajak berbicara atau yang sedang
dibicarakan, berdasarkan usia maupun status sosialnya. Demikian pada prinsipnya
ada dua macam bahasa Jawa apabila ditinjau dari kriteria tingkatannya. Yaitu
bahasa Jawa Ngoko dan Krama.
3.1.1 Bahasa Jawa Ngoko
Bahasa Jawa Ngoko merupakan bahasa apa adanya, tanpa adanya tujuan untuk memberikan penghoramatan. Bahasa Jawa Ngoko digunakan oleh:
1. Anak yang belum mengerti apa-apa (kanak-kanak)
2. Orang yang berbicara dengan orang seumurannya.
3. Orang tua yang berbicara dengan anak muda.
4. Pemimpin yang berbicara denagn bawahannya.
Dalam bahasa Jawa ngoko, masih dibagi lagi menjadi dua golongan, yaitu:
3.1.1.1 Ngoko lugu, adalah bahasa ngoko apa adanya, tanpa tercampur dengan bahasa Krama.
Contoh: Kowe mau numpak apa?
Bocah-bocah padha mlaku-mlaku.
3.1.1.2 Ngoko andhap, adalah bahsa ngoko ayng tercampur denagn bahsa krama.
Contoh: Sliramu mau nitih apa?
Sampeyan mau numpak apa?
Panjenengan mau nitih apa?
Pak Sastra ora sida tindak-tindak.
3.1.2 Bahasa Jawa Krama.
Bahasa Jawa Krama merupakan bahsa taklim atau bahasa yang digunakan untuk menghormati seseorang. Bahasa Jawa krama digunakan oleh:
1. Anak muda kepada orang yang lebih tua atau orang yang dianggap lebih tua.
2. Murid kepada guru
3. Anak kepada orang tuanya.
Surabaya merupakan salah satu kota terpenting di Indonesia. Surabaya merupakan ibukota dari Propinsi Jawa Timur. Surabaya yang notabene merupakan kota pelabuhan banyak menerima pengaruh kebudayan dari luar. Sebagai kota pelabuhan Surabaya akan banyak dikunjungi oleh suku bangsa lain, yang berasal dari luar terutama. Namun tidak demikian, Surabaya tetap mendapatkan pengaruh lebih banyak dari pusat-pusat kebudayaan (Surakarta). Karena dilihat dalam bidang sintaksis, struktur kalimat bahasa Jawa dialek Surabaya tak jauh berbeda dengan bahasa Jawa pada umumnya. Perbedaannya hanya terletak pada bidang intonasi. Intonasi bahasa Jawa dialek Surabaya mirip dengan intonasi pemakai bahasa Madura dalam berbahasa Jawa. Hal ini tidak mengherankan, sebab di daerah Surabaya dan sekitarnya banyak tinggal orang Madura yang berbahasa Jawa. Intonasi bahasa Madura digunakanya untuk berbahasa Jawa, sehingga hal ini mempengaruhi bahasa Jawa. Intonasi ini kemudian diwariskan secara turun-temurun.[3]
Dalam hal itu, maka kebahasaan di Surabaya dapat dibedakan lagi menjadi:
1. Bahasa Jawa Baku (Bahasa Jawa Surakarta) yang berfungsi seperti Bahasa Jawa pada umumnya. Bahasa jawa baku ini digunakan sebagai bahsa pengantar di Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Pertama, dalam peraturan-peraturan resmi yang telah ditetapkan.
2. Bahasa Jawa dialek Surabaya, yang dipakai dalam keadaan yang bersifat informal, tak dinas, santai, akrab, bernada kekeluargaan, dan berlatar belakang kedaerahan.
2. Cakupan Wilayah Dialek Surabaya
Orang-orang yang memakai dialek Surabaya dapat disebut sebagai masyarakat Surabaya. Yang dimaksud dengan masyarakat Surabaya tidak terbatas pada kotamadya Surabaya. Tetapi cakupan wilayah masyarakat Surabaya meliputi daerah Gresik, Mojokerto, dan Sidoarjo. Di daerah ini, terutama di kampung-kampung atau di desa-desa, orang sering bercakap dengan bahasa Jawa krama, terutama anak muda pada orang tua atau orang yang dianggap tua, ataupun pada orang sebaya yang baru dikenalnya.
3. Bahasa Sebagai Tanda Status Sosial dan Penggunaannya
3.1 Bahasa Jawa Baku
Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun perhubungan-perhubun
3.1.1 Bahasa Jawa Ngoko
Bahasa Jawa Ngoko merupakan bahasa apa adanya, tanpa adanya tujuan untuk memberikan penghoramatan. Bahasa Jawa Ngoko digunakan oleh:
1. Anak yang belum mengerti apa-apa (kanak-kanak)
2. Orang yang berbicara dengan orang seumurannya.
3. Orang tua yang berbicara dengan anak muda.
4. Pemimpin yang berbicara denagn bawahannya.
Dalam bahasa Jawa ngoko, masih dibagi lagi menjadi dua golongan, yaitu:
3.1.1.1 Ngoko lugu, adalah bahasa ngoko apa adanya, tanpa tercampur dengan bahasa Krama.
Contoh: Kowe mau numpak apa?
Bocah-bocah padha mlaku-mlaku.
3.1.1.2 Ngoko andhap, adalah bahsa ngoko ayng tercampur denagn bahsa krama.
Contoh: Sliramu mau nitih apa?
Sampeyan mau numpak apa?
Panjenengan mau nitih apa?
Pak Sastra ora sida tindak-tindak.
3.1.2 Bahasa Jawa Krama.
Bahasa Jawa Krama merupakan bahsa taklim atau bahasa yang digunakan untuk menghormati seseorang. Bahasa Jawa krama digunakan oleh:
1. Anak muda kepada orang yang lebih tua atau orang yang dianggap lebih tua.
2. Murid kepada guru
3. Anak kepada orang tuanya.
0 komentar:
Posting Komentar